Recent Posts

Tuesday, January 22, 2019

MENGAPA TANGGAL 22 DESEMBER?



 MENGAPA TANGGAL 22 DESEMBER?

jalanillahi92.com- Penetapan 22 Desember sebagai peringatan Hari Ibu mengacu pada pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia I yang dihelat tanggal 22-25 Desember 1928, atau hanya beberapa pekan setelah Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda.


Dikutip dari buku Biografi Tokoh Kongres Perempuan Indonesia Pertama (1991) yang ditulis Suratmin dan Sri Sutjiatiningsih, kongres tersebut dilangsungkan di Yogyakarta, tepatnya di Ndalem Joyodipuran. Sekarang, gedung itu digunakan sebagai Kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta.


Kongres Perempuan Indonesia I yang berlangsung pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda itu diikuti oleh tidak kurang dari 600 perempuan dari puluhan perhimpunan wanita yang terlibat. Mereka berasal dari berbagai macam latar belakang suku, agama, pekerjaan, juga usia.




Susan Blackburn dalam buku Kongres Perempuan Pertama (2007) mencatat, sejumlah organisasi perempuan yang terlibat antara lain Wanita Oetomo, Poetri Indonesia, Wanita Katolik, Aisyiyah, Wanita Moeljo, Darmo Laksmi, Wanita Taman Siswa, juga sayap perempuan dari berbagai organisasi pergerakan seperti Sarekat Islam, Jong Java, Jong Islamieten Bond, dan lain-lain.


Selain itu, para perwakilan dari perhimpunan pergerakan, partai politik, maupun organisasi pemuda juga datang ke Kongres Perempuan Indonesia perdana ini, termasuk wakil dari Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Muhammadiyah, Partai Nasional Indonesia (PNI), Jong Java, Jong Madoera, Jong Islamieten Bond, dan seterusnya.


Kesetaraan Perempuan

Panitia Kongres Perempuan Indonesia I dipimpin oleh R.A. Soekonto yang didampingi oleh dua wakil, yaitu Nyi Hadjar Dewantara dan Soejatin. Dalam sambutannya, dinukil dari buku karya Blackburn, R.A. Soekonto mengatakan:


“Zaman sekarang adalah zaman kemajuan. Oleh karena itu, zaman ini sudah waktunya mengangkat derajat kaum perempuan agar kita tidak terpaksa duduk di dapur saja. Kecuali harus menjadi nomor satu di dapur, kita juga harus turut memikirkan pandangan kaum laki-laki sebab sudah menjadi keyakinan kita bahwa laki-laki dan perempuan mesti berjalan bersama-sama dalam kehidupan umum.”


“Artinya,” lanjut R.A. Soekonto, “perempuan tidak [lantas] menjadi laki-laki, perempuan tetap perempuan, tetapi derajatnya harus sama dengan laki-laki, jangan sampai direndahkan seperti zaman dahulu.”


Selain diisi dengan pidato atau orasi tentang kesetaraan atau emansipasi wanita oleh para tokoh perempuan yang terlibat, kongres ini juga menghasilkan keputusan untuk membentuk gabungan organisasi wanita dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia (PPI).



Penetapan sejarah Hari Ibu bermula dari pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia I tanggal 22-25 Desember 1928

Tanggal hari pertama Kongres Perempuan Indonesia I pada 22 Desember 1928 inilah yang kemudian menjadi acuan bagi pemerintah RI untuk menetapkan peringatan Hari Ibu, yang diresmikan oleh Presiden Sukarno melalui Dekrit Presiden RI No.316 Tahun 1953.


"Peringatan Hari Ibu di Indonesia secara resmi ditetapkan Presiden Sukarno sejak 1953"





Tuesday, January 8, 2019

12 Larangan Hubungan Suami Istri Menurut Islam dan Dalilnya


12 Larangan Hubungan Suami Istri Menurut Islam dan Dalilnya


1. Larangan menggauli ketika istri sedang haid


Allah berfirman, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, “Haid itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah SWT kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Al Baqarah : 222)


2. Bersetubuh melalui dubur atau anus


Rasulullah bersabda, “Terkutuklah orang yang menyetubuhi isteri di duburnya.” (Hadis Riwayat Abu Dawud dan an-Nasa’i dari Abu Hurairah.)

Dilarang menyebarkan rahasia ranjang


Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِى إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِى إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا


“Sesungguhnya termasuk manusia paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang menggauli istrinya kemudian dia sebarkan rahasia ranjangnya.” (HR. Muslim no. 1437). Syaikh Abu Malik berkata, “Namun jika ada maslahat syar’i sebagaimana yang dilakukan istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebarkan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berinteraksi dengan istrinya, maka tidaklah masalah” (Shahih Fiqh Sunnah, 3: 189).


3. Dilarang menyebarkan rahasia ranjang



Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِى إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِى إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا

“Sesungguhnya termasuk manusia paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang menggauli istrinya kemudian dia sebarkan rahasia ranjangnya.” (HR. Muslim no. 1437). Syaikh Abu Malik berkata, “Namun jika ada maslahat syar’i sebagaimana yang dilakukan istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebarkan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berinteraksi dengan istrinya, maka tidaklah masalah” (Shahih Fiqh Sunnah, 3: 189).


4. Dilarang berhubungan pada malam awal, pertengahan, dan akhir bulan


Ibnu Yamun berkata :“Dilarang senggama (menurut pendapat yang masyhur) dimalam hari raya Idul Adha, Demikian pula dimalam pertama pada setiap bulan. Dimalam pertengahan pada setiap bulan, Bagitu pula dimalam terakhir pada setiap bulan.” Hal itu berdasarkan pada sabda Rasulullah Saw.: “Janganlah kamu bersenggama pada malam permulaan dan pertengahan bulan”


Al-Imam Ghazali mengatakan, bahwa bersenggama makruh dilakukan pada tiga malam dari setiap bulan, yaitu: pada malam awal bulan, malam pertengahan bulan, dan pada malam terakhir bulan. Sebab setan menghadiri setiap persenggamaan yang dilakukan pada malam-malam tersebut.


5. Dilarang datang diam-diam pada istri


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا قَدِمَ أَحَدُكُمْ لَيْلاً فَلاَ يَأْتِيَنَّ أَهْلَهُ طُرُوْقًا حَتَّى تَسْتَحِدَّ الْمَغِيْبَةُ وَتَمْتَشِطَ الشَّعِثَةُ


“Jika salah seorang dari kalian datang pada malam hari maka janganlah ia mendatangi istrinya. (Berilah kabar terlebih dahulu) agar wanita yang ditinggal suaminya mencukur bulu-bulu kemaluannya dan menyisir rambutnya” (HR. Bukhari no. 5246 dan Muslim no. 715).


Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata,


نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يَطْرُقَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ لَيْلاً يَتَخَوَّنُهُمْ أَوْ يَلْتَمِسُ عَثَرَاتِهِمْ


“Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam melarang seseorang mendatangi istrinya di malam hari untuk mencari-cari tahu apakah istrinya berkhianat kepadanya atau untuk mencari-cari kesalahannya” (HR. Muslim no. 715).


6. Dilarang berjima’ saat ihram


Allah berfirman:


فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ


“Barang-siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan menger-jakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. (QS. Al Baqarah: 197)


Ibnu Abbas berkata dalam menafsiri ayat di atas : “Ar-Rafats adalah jima’ (melakukan hubungan seks)


7. Dilarang berjima’ saat puasa


Diriwayatkan oleh Bukhari, 2600 dan Muslim, 1111. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata,


قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ هَلَكْتُ فَقَالَ وَمَا ذَاكَ قَالَ وَقَعْتُ بِأَهْلِي فِي رَمَضَانَ قَالَ تَجِدُ رَقَبَةً قَالَ لا قَالَ فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ قَالَ لا قَالَ فَتَسْتَطِيعُ أَنْ تُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا قَالَ لا قَالَ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ الأَنْصَارِ بِعَرَقٍ وَالْعَرَقُ الْمِكْتَلُ فِيهِ تَمْرٌ فَقَالَ اذْهَبْ بِهَذَا فَتَصَدَّقْ بِهِ قَالَ عَلَى أَحْوَجَ مِنَّا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا بَيْنَ لابَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ مِنَّا قَالَ اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ


“Seseorang datang kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, celakalah saya!” Beliau bertanya, “Ada apa dengan anda?” Dia menjawab, “Saya telah berhubungan intim dengan istri sementara saya dalam kondisi berpuasa (Di bulan Ramadan),” Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa sallalm bertanya, “Apakah anda dapatkan budak (untuk dimerdekakan)?” Dia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya, “Apakah anda mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Dia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya, “Apakah anda dapatkan makanan unttuk memberi makan kepada enampuluh orang miskin?” Dia menjawab, “Tidak.” Kemudian ada orang Anshar datang dengan membawa tempat besar di dalamnya ada kurmanya. Beliau bersabda, “Pergilah dan bershadaqahlah dengannya.” Orang tadi berkata, “Apakah ada yang lebih miskin dari diriku wahai Rasulullah? Demi Allah yang mengutus anda dengan kebenaran, tidak ada yang lebih membutuhkan diantara dua desa dibandingkan dengan keluargaku.” Kemudian beliau mengatakan, “Pergilah dan beri makanan keluarga anda.”


8. Boleh telanjang tapi harus ditutupi selimut


Dari ‘Atabah bin Abdi As-Sulami bahwa apabila kalian mendatangi istrinya (berjima’), maka hendaklah menggunakan penutup dan janganlah telanjang seperti dua ekor himar. (HR Ibnu Majah)


9. Jangan memulai hubungan intim tanpa doa


Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang mereka akan menggauli istrinya, hendaklah ia membaca: “Bismillah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami”. Sebab jika ditakdirkan hubungan antara mereka berdua tersebut membuahkan anak, maka setan tidak akan membahayakan anak itu selamanya.” (Shahih Muslim No.2591)



10. Tidak langsung berhubungan intim


Rasulullah bersabda, “Siapa pun di antara kamu, janganlah menyamai isterinya seperti seekor hewan bersenggama, tapi hendaklah ia dahului dengan perantaraan. Selanjutnya, ada yang bertanya: Apakah perantaraan itu ? Rasul Allâh SAW bersabda, “yaitu ciuman dan ucapan-ucapan romantis”. (HR. Bukhâriy dan Muslim).


11. Suami dilarang mendahului istri


Rasulullah bersabda, “Apabila salah seorang diantara kamu menjima’ istrinya, hendaklah ia menyempurnakan hajat istrinya. Jika ia mendahului istrinya, maka janganlah ia tergesa meninggalkannya.” (HR. Abu Ya’la)


12. Dilarang berjima’ di tempat terbuka


Ketika melakukan hubungan suami istri haruslah dilakukan di tempat yang tertutup dan tidak dapat dilihat oleh siapapun. Islam sangat melarang memperlihatkan aurat apalagi hubungan badan pada siapa saja.








Monday, January 7, 2019

Hukum Dan Waktu Bersetubuh Suami Istri Dalam Islam




Beberapa perkara yang makruh dalam persetubuhan (hubungan intim) untuk pasangan yang sudah menikah yaitu,


1. Makruh jima pada malam dua Hari Raya dan pada awal pertengahan (tanggal 15) dan akhir tiap-tiap bulan Islam.


2. Makruh jima di bawah Matahari atau bulan mengambang.


3. Makruh jima selepas salat Zuhur hingga ke petang.


4. Makruh melihat kemaluan pasangan baik istri dan suami.


5. Makruh jima jika dapat dilihat atau didengar orang, bahkan haram apabila sengaja dilihat orang.


Ada pendapat yang mengatakan, bahwa makruh bersetubuh di tiga malam dalam bulan Islam. Yaitu malam yang pertama, malam yang akhir dan malam pertengahan bulan. Dikatakan, bahwa kenyataan tersebut adalah mengikut pendapat Ali, Mu’awiah dan Abu Hurairah.


Fatwa para Sahabat bukanlah merupakan satu hujah syara’ yang diwajibkan mengikutinya, jika fatwa tersebut tidak disandarkan kepada Rasulullah SAW. Ini adalah pendapat jumhur (kebanyakan) Ulama.


Ada juga Ulama berpendapat makruh bersetubuh di malam pertama Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.


Bila sebelumnya Aktual,com membahas tentang makruh, tentunya ada perkara yang haram dalam persetubuhan (jima atau bersenggama) yaitu,


1. Haram jima ketika istri haid, nifas dan wiladah. Jika bersetubuh pastikan putus haid, nifas dan wiladah dan selepas mandi hadas besar.


وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ


“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, “Haid itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah SWT kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Al Baqarah : 222)


Ada sebuah Hadis berkata, “Aku telah bertanya kepada ‘Aisyah tentang sesuatu yang boleh dilakukan seorang suami terhadap isterinya yang sedang Haid.” ‘Aisyah menjawab, Apa saja boleh, kecuali kemaluannya (bersetubuh). (Riwayat Bukhari)


2. Haram jima melalui jalan belakang (melalui dubur) walau pun istri. “Terkutuklah orang yang menyetubuhi isteri di duburnya.” (Hadis Riwayat Abu Dawud dan an-Nasa’i dari Abu Hurairah.)


3. Haram jima membawa ayat-ayat Al Quran nama-nama Allah SWT, Nabi. Malaikat dan lain lain seperti azimat.


4. Haram jima dalam Masjid atau Mushalah.


5. Haram jima sedang berpuasa di bulan Ramadan.


6. Haram jima sedang dalam ihram Haji atau ihram Umrah.


7. Haram jima di tempat terbuka (tempat awam).


Ada sedikit tambahan bahwasannya boleh mendatangi dari arah mana pun untuk bersetubuh, depan, tepi atau belakang, asalkan sasarannnya yaitu lubang faraj, dan bukannya lubang dubur.


Dari Jabir B Abdulah berkata, bahawa orang-orang Yahudi (beranggapan) berkata, Apabila seseorang menyetubuhi istrinya pada kemaluannya melalui belakang maka mata anaknya (yang lahir) akan menjadi juling. Lalu turunlah ayat Al Quran yang berbunyi,


نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ


Artinya, “Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.” (Al Baqarah – 223)


Bersetubuh (atau berjima) dengan isteri adalah satu ibadah dan mendapat pahala jika melakukannya. Rasulullah SAW. bersabda: “…..dan apabila engkau menyetubuhi istrimu, Engkau mendapat pahala”.


Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, adakah seseorang dari kami mendapat pahala dalam melampiaskan syahwat ?.”


Nabi Muhammad SAW menjawab, “Bukankah kalau dia meletakkan (syahwatnya) di tempat yang haram dia akan berdosa ? Demikian pula kalau dia meletakkan (syahwatnya) pada jalan yang halal maka dia mendapat pahala.” (Hadis Riwayat Muslim).


Dan jika mau mengulangi jima, hendaklah dibasuh dahulu kemaluan kita. Seperti mana sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, “Apabila di antara kamu telah mencampuri isterinya kemudian dia akan mengulangi persetubuhannya itu maka hendaklah dia mencuci zakarnya terlebih dahulu.” (Hadis Riwayat Baihaqi)


“Dengan demikian, maka akan terciptalah keharmonisan suami istri, keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Jadi, jangan salah, Islam juga punya aturan tentang cinta. Menariknya apa yang Islam syariatkan dalam hubungan suami istri adalah suatu aturan yang sesuai dengan nurani manusia. Selamat hidup sehat dan bahagia, tentu saja, dengan cara Rasulullah SAW agar mendapat berkah, terutama anak-anak yang soleh dan solehah,” kata ia menutup pembicaraan.





Sunday, January 6, 2019

Manfaat Bersetubuh Dalam Islam




“Sebaik-baik istri kamu,” kata Rasulullah Saw., “ialah yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, (yakni) keras menjaga kehormatan kemaluannya, pandai membangkitkan syahwat suaminya,” (HR Dailami dari Anas r.a.)




Bagi orang Islam, jima (bersetubuh) atau berhubungan badan bukan hanya sekadar bersenang-senang. Tapi juga sebagai ladang yang bisa berbuah pahala. Dengan catatan: hanya dilakukan dengan pasangan yang sah secara syar’i


 Manfaat Bersetubuh


1. Keseimbangan antara kesehatan mental dan emosional dapat dipengaruhi oleh jima. Dalam kasus depresi ringan, setelah anda selesai berhubungan jima, otak melepaskan endorfin yang dapat menurunkan tingkat stress anda, dan membawa perasaan yang bahagia.


2. Untuk Anda para wanita, berhubungan jima bisa menjadi perawatan kecantikan. Saat berhubungan jima, tingkat estrogen pada tubuh wanita meningkat dua kali lipat dan ini membuat rambut menjadi berkilau dan kulit menjadi lembut.


3. Menurut penelitian yang telah dilakukan Queens University selama 10 tahun pada 1.000 pria paruh baya di Belfast, Irlandia, menunjukkan bahwa berhubungan jima secara teratur dapat meningkatkan umur manusia. Mereka yang lebih sering orgasme memiliki angka kematian setengah dari orang yang kurang mengalami orgasme. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh tingkat hormon stres yang menurun setelah kita melakukan hubungan jima.


4. Berkeringat pada saat berhubungan jima dapat membersihkan pori-pori kulit, membuat kulit lebih cerah dan mengurangi risiko pengembangan dermatitis.


5. Berhubungan jima dapat bermanfaat untuk menurunkan berat badan, membakar semua lemak dan karbohidrat. Hubungan jima bisa membakar sekitar 200 kalori, Ini seperti berjalan 15 menit di treadmill.


6. Semakin aktif Kehidupan jima Anda, maka anda akan semakin terlihat menarik bagi pasangan Anda. Aktivitas jima membuat tubuh melepaskan feromon, zat kimia yang menarik lawan jenis.


7. Berhubungan jima dapat bermanfaat untuk mempertajam indera penciuman kita. Setelah orgasme, peningkatan hormon prolaktin membuat sel-sel batang otak membentuk neuron baru pada saraf pencium dan meningkatkan kemampuan penciuman seseorang.


8. Berhubungan Jima juga dapat meredakan nyeri, sepuluh kali lebih efektif dibandingkan obat penghilang rasa sakit. Sebelum orgasme, kadar hormon oksitosin meningkat lima kali, dan melepaskan endorfin. Sakit Migren juga menghilang karena tekanan dalam pembuluh darah otak menurun ketika kita melakukan hubungan jima.


9. Satu sesi jima yang baik bisa menjadi obat yang baik bagi hidung tersumbat, antihistaminic alami yang membantu mengobati asma dan demam tinggi.


10. Berhubungan jima secara teratur menurunkan kadar kolesterol, menyeimbangkan rasio antara kolesterol baik dan kolesterol jahat.


11. Hormon yang dilepaskan saat kita melakukan hubungan jima sangat baik untuk laki-laki dan perempuan. Hormon estrogen melindungi jantung seorang wanita, tetapi pada jangka panjang, dapat efisien juga melawan penyakit Alzheimer dan osteoporosis, sementara testosteron menguatkan tulang dan otot.


12. Berhubungan jima tidak hanya menguntungkan bagi jantung saja, tetapi juga bagi sirkulasi darah, terutama di otak, karena denyut jantung dan pernapasan dalam meningkat.


13. Aktivitas jima menurunkan risiko terkena pilek dan flu. Berhubungan jima 2-3 kali seminggu dapat meningkatkan antibodi imunoglobulin A sebesar 30% yang memacu sistem kekebalan tubuh.


14. Berhubungan jima dapat membuat kontrol kandung kemih menjadi baik, dengan memperkuat otot-otot panggul yang mengendalikan aliran urin.


15. Setelah orgasme kita menjadi mengantuk. Ini adalah efek jima yang baik untuk meningkatkan kualitas tidur. Setelah orgasme, tubuh menjadi benar-benar santai, sehingga membuat kita tidur nyenyak.


16. Berhubungan jima dapat mengurangi resiko kanker. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa frekuensi ejakulasi tinggi dan aktivitas jima terkait dengan rendahnya risiko kanker prostat di kemudian hari. Sebuah studi menemukan bahwa pria yang mengalami ejakulasi 13-20 kali tiap bulan memiliki risiko 14% lebih rendah mengalami kanker prostat daripada pria yang mengalami ejakulasi rata-rata antara 4-7 kali setiap bulan. Mereka yang mengalami ejakulasi lebih dari 21 kali sebulan memiliki 33% penurunan risiko terkena kanker prostat daripada kelompok biasa.





Saturday, January 5, 2019

Adab cara Berhubungan Intim Suami isteri dalam Islam


Adab cara Berhubungan Intim Suami isteri dalam Islam


Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
 Dari ‘Atabah bin Abdi As-Sulami bahwa apabila kalian mendatangi istrinya (berjima’), maka hendaklah menggunakan penutup dan janganlah telanjang seperti dua ekor himar. (HR Ibnu Majah)










Malam Pertama Dan Adab Bersenggama

Saat pertama kali pengantin pria menemui isterinya setelah aqad nikah, dianjurkan melakukan beberapa hal, sebagai berikut:


Pertama: Pengantin pria hendaknya meletakkan tangannya pada ubun-ubun isterinya seraya mendo’akan baginya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً أَوِ اشْتَرَى خَادِمًا فَلْيَأْخُذْ بِنَاصِيَتِهَا (وَلْيُسَمِّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ) وَلْيَدْعُ لَهُ بِالْبَرَكَةِ، وَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ.


“Apabila salah seorang dari kamu menikahi wanita atau membeli seorang budak maka peganglah ubun-ubunnya lalu bacalah ‘basmalah’ serta do’akanlah dengan do’a berkah seraya mengucapkan: ‘Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa.’”


Hendaknya ia mengerjakan shalat sunnah dua raka’at bersama isterinya.


Syaikh al-Albani rahimahullaah berkata: “Hal itu telah ada sandarannya dari ulama Salaf (Shahabat dan Tabi’in).


1. Hadits dari Abu Sa’id maula (budak yang telah dimerdekakan) Abu Usaid.

Ia berkata: “Aku menikah ketika aku masih seorang budak. Ketika itu aku mengundang beberapa orang Shahabat Nabi, di antaranya ‘Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzarr dan Hudzaifah radhiyallaahu ‘anhum. Lalu tibalah waktu shalat, Abu Dzarr bergegas untuk mengimami shalat. Tetapi mereka berkata: ‘Kamulah (Abu Sa’id) yang berhak!’ Ia (Abu Dzarr) berkata: ‘Apakah benar demikian?’ ‘Benar!’ jawab mereka. Aku pun maju mengimami mereka shalat. Ketika itu aku masih seorang budak. Selanjutnya mereka mengajariku, ‘Jika isterimu nanti datang menemuimu, hendaklah kalian berdua shalat dua raka’at. Lalu mintalah kepada Allah kebaikan isterimu itu dan mintalah perlindungan kepada-Nya dari keburukannya. Selanjutnya terserah kamu berdua…!’”[2]


2. Hadits dari Abu Waail.

Ia berkata, “Seseorang datang kepada ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, lalu ia berkata, ‘Aku menikah dengan seorang gadis, aku khawatir dia membenciku.’ ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal dari syaitan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan Allah. Jika isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan shalat dua raka’at di belakangmu. Lalu ucapkanlah (berdo’alah):


اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِي أَهْلِيْ، وَبَارِكْ لَهُمْ فِيَّ، اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي مِنْهُمْ، وَارْزُقْهُمْ مِنِّي، اَللَّهُمَّ اجْمَعْ بَيْنَنَا مَا جَمَعْتَ إِلَى خَيْرٍ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا إِذَا فَرَّقْتَ إِلَى خَيْرٍ


“Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rizki kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rizki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah, satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan.” [3]


Ketiga: Bercumbu rayu dengan penuh kelembutan dan kemesraan. Misalnya dengan memberinya segelas air minum atau yang lainnya.


Hal ini berdasarkan hadits Asma’ binti Yazid binti as-Sakan radhiyallaahu ‘anha, ia berkata: “Saya merias ‘Aisyah untuk Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu saya datangi dan saya panggil beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada ‘Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk di samping ‘Aisyah. Ketika itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan kepada ‘Aisyah. Tetapi ‘Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.” ‘Asma binti Yazid berkata: “Aku menegur ‘Aisyah dan berkata kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam!’ Akhirnya ‘Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit.” [4]


Keempat: Berdo’a sebelum jima’ (bersenggama), yaitu ketika seorang suami hendak menggauli isterinya, hendaklah ia membaca do’a:


بِسْمِ اللهِ، اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا.


“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah aku dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.”


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maka, apabila Allah menetapkan lahirnya seorang anak dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan membahayakannya selama-lamanya.” [5]


Kelima: Suami boleh menggauli isterinya dengan cara bagaimana pun yang disukainya asalkan pada kemaluannya.


Allah Ta’ala berfirman:


نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ


“Isteri-Isterimu adalah ladang bagimu, maka datangi-lah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman.” [Al-Baqarah : 223]


Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Pernah suatu ketika ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu ‘anhu datang kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, celaka saya.’ Beliau bertanya, ‘Apa yang membuatmu celaka?’ ‘Umar menjawab, ‘Saya membalikkan pelana saya tadi malam.’ [6] Dan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak memberikan komentar apa pun, hingga turunlah ayat kepada beliau:


نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ


“Isteri-Isterimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai…” [Al-Baqarah : 223]


Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


أَقْبِلْ وَأَدْبِرْ، وَاتَّقِ الدُّبُرَ وَالْحَيْضَةَ.


“Setubuhilah isterimu dari arah depan atau dari arah belakang, tetapi hindarilah (jangan engkau menyetubuhinya) di dubur dan ketika sedang haidh”. [7]


Juga berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:


مُقْبِلَةٌ مُدْبِرَةٌ إِذَا كَانَتْ فِي الْفَرْجِ


“Silahkan menggaulinya dari arah depan atau dari belakang asalkan pada kemaluannya”.[8]


Seorang Suami Dianjurkan Mencampuri Isterinya Kapan Waktu Saja


• Apabila suami telah melepaskan hajat biologisnya, janganlah ia tergesa-gesa bangkit hingga isterinya melepaskan hajatnya juga. Sebab dengan cara seperti itu terbukti dapat melanggengkan keharmonisan dan kasih sayang antara keduanya. Apabila suami mampu dan ingin mengulangi jima’ sekali lagi, maka hendaknya ia berwudhu’ terlebih dahulu.


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ أَهْلَهُ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَعُوْدَ فَلْيَتَوَضَّأْ


“Jika seseorang diantara kalian menggauli isterinya kemudian ingin mengulanginya lagi, maka hendaklah ia berwudhu’ terlebih dahulu.” [9]


• Yang afdhal (lebih utama) adalah mandi terlebih dahulu. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Rafi’ radhi-yallaahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menggilir isteri-isterinya dalam satu malam. Beliau mandi di rumah fulanah dan rumah fulanah. Abu Rafi’ berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa tidak dengan sekali mandi saja?” Beliau menjawab.


هَذَا أَزْكَى وَأَطْيَبُ وَأَطْهَرُ


“Ini lebih bersih, lebih baik dan lebih suci.” [10]


• Seorang suami dibolehkan jima’ (mencampuri) isterinya kapan waktu saja yang ia kehendaki; pagi, siang, atau malam. Bahkan, apabila seorang suami melihat wanita yang mengagumkannya, hendaknya ia mendatangi isterinya. Hal ini berdasarkan riwayat bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melihat wanita yang mengagumkan beliau. Kemudian beliau mendatangi isterinya -yaitu Zainab radhiyallaahu ‘anha- yang sedang membuat adonan roti. Lalu beliau melakukan hajatnya (berjima’ dengan isterinya). Kemu-dian beliau bersabda,


إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِيْ صُوْرَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِيْ صُوْرَةِ شَيْطَانٍ فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ، فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِيْ نَفْسِهِ


“Sesungguhnya wanita itu menghadap dalam rupa syaitan dan membelakangi dalam rupa syaitan. [11] Maka, apabila seseorang dari kalian melihat seorang wanita (yang mengagumkan), hendaklah ia mendatangi isterinya. Karena yang demikian itu dapat menolak apa yang ada di dalam hatinya.” [12]


Imam an-Nawawi rahimahullaah berkata : “ Dianjurkan bagi siapa yang melihat wanita hingga syahwatnya tergerak agar segera mendatangi isterinya – atau budak perempuan yang dimilikinya -kemudian menggaulinya untuk meredakan syahwatnya juga agar jiwanya menjadi tenang.” [13]


Akan tetapi, ketahuilah saudara yang budiman, bahwasanya menahan pandangan itu wajib hukumnya, karena hadits tersebut berkenaan dan berlaku untuk pandangan secara tiba-tiba.


Allah Ta’ala berfirman:


قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ


“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” .[An-Nuur : 30]


Dari Abu Buraidah, dari ayahnya radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda kepada ‘Ali.


يَا عَلِيُّ، لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ اْلأُوْلَى وَلَيْسَتْ لَكَ اْلآخِرَةُ


“Wahai ‘Ali, janganlah engkau mengikuti satu pandangan pandangan lainnya karena yang pertama untukmu dan yang kedua bukan untukmu”. [14]


• Haram menyetubuhi isteri pada duburnya dan haram menyetubuhi isteri ketika ia sedang haidh/ nifas.


Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:


وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ


“Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haidh. Katakanlah, ‘Itu adalah sesuatu yang kotor.’ Karena itu jauhilah [15] isteri pada waktu haidh; dan janganlah kamu dekati sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang bertaubat dan mensucikan diri.” [Al-Baqarah : 222]


Juga sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:


مَنْ أَتَى حَائِضًا أَوِ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا أَوْ كَاهِنًا: فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ


“Barangsiapa yang menggauli isterinya yang sedang haidh, atau menggaulinya pada duburnya, atau mendatangi dukun, maka ia telah kafir terhadap ajaran yang telah diturunkan kepada Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.” [16]


Juga sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:


مَلْعُوْنٌ مَنْ أَتَى امْرَأَتَهُ فِي دُبُرِهَا


“Dilaknat orang yang menyetubuhi isterinya pada duburnya.” [17]


• Kaffarat bagi suami yang menggauli isterinya yang sedang haidh.

Syaikh al-Albani rahimahullaah berkata, “Barangsiapa yang dikalahkan oleh hawa nafsunya lalu menyetubuhi isterinya yang sedang haidh sebelum suci dari haidhnya, maka ia harus bershadaqah dengan setengah pound emas Inggris, kurang lebihnya atau seperempatnya. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang menggauli isterinya yang sedang haidh. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.


يَتَصَدَّقَ بِدِيْنَارٍ أَوْ نِصْفِ دِيْنَارٍ


“Hendaklah ia bershadaqah dengan satu dinar atau setengah dinar.’”[18]


• Apabila seorang suami ingin bercumbu dengan isterinya yang sedang haidh, ia boleh bercumbu dengannya selain pada kemaluannya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.


اِصْنَعُوْا كُلَّ شَيْءٍ إِلاَّ النِّكَاح


“Lakukanlah apa saja kecuali nikah (jima’/ bersetubuh).” [19]


• Apabila suami atau isteri ingin makan atau tidur setelah jima’ (bercampur), hendaklah ia mencuci kemaluannya dan berwudhu’ terlebih dahulu, serta mencuci kedua tangannya. Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهُوَ جُنُبٌ تَوَضَّأَ وُضُوْءَهُ لِلصَّلاَةِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ أَوْ يَشْرَبَ وَهُوَ جُنُبٌ غَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ


“Apabila beliau hendak tidur dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu’ seperti wudhu’ untuk shalat. Dan apabila beliau hendak makan atau minum dalam keadaan junub, maka beliau mencuci kedua tangannya kemudian beliau makan dan minum.” [20]


Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia berkata,


كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهُوَ جُنُبٌ غَسَلَ فَرْجَهُ وَتَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ


“Apabila Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam hendak tidur dalam keadaan junub, beliau mencuci kemaluannya dan berwudhu’ (seperti wudhu’) untuk shalat.” [21]


• Sebaiknya tidak bersenggama dalam keadaan sangat lapar atau dalam keadaan sangat kenyang, karena dapat membahayakan kesehatan.


• Suami isteri dibolehkan mandi bersama dalam satu tempat, dan suami isteri dibolehkan saling melihat aurat masing-masing.


Adapun riwayat dari ‘Aisyah yang mengatakan bahwa ‘Aisyah tidak pernah melihat aurat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah riwayat yang bathil, karena di dalam sanadnya ada seorang pendusta. [22]


• Haram hukumnya menyebarkan rahasia rumah tangga dan hubungan suami isteri.


Setiap suami maupun isteri dilarang menyebarkan rahasia rumah tangga dan rahasia ranjang mereka. Hal ini dilarang oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan, orang yang menyebarkan rahasia hubungan suami isteri adalah orang yang paling jelek kedudukannya di sisi Allah.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلُ يُفْضِى إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِى إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا


“Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya pada hari Kiamat adalah laki-laki yang bersenggama dengan isterinya dan wanita yang bersenggama dengan suaminya kemudian ia menyebarkan rahasia isterinya.” [23]


Dalam hadits lain yang shahih, disebutkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan kalian lakukan (menceritakan hubungan suami isteri). Perumpamaannya seperti syaitan laki-laki yang berjumpa dengan syaitan perempuan di jalan lalu ia menyetubuhinya (di tengah jalan) dilihat oleh orang banyak…” [24]


Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullaah berkata, “Apa yang dilakukan sebagian wanita berupa membeberkan maslah rumah tangga dan kehidupan suami isteri kepada karib kerabat atau kawan adalah perkara yang diharamkan. Tidak halal seorang isteri menyebarkan rahasia rumah tangga atau keadaannya bersama suaminya kepada seseorang.

Allah Ta’ala berfirman:


فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ


““Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).” [An-Nisaa’ : 34]


Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat adalah laki-laki yang bersenggama dengan isterinya dan wanita yang bersenggama dengan suaminya, kemudian ia menyebarkan rahasia pasangannya”. [25]





Friday, January 4, 2019

Waktu Terbaik Pasangan Suami istri bercinta Menurut Islam dan Sains




Secara khusus, ada tiga waktu yang diisyaratkan dalam Al Qur’an; yakni sebelum Subuh, tengah hari dan setelah Isya’.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah shalat Isya. (Itulah) tiga ’aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain)…” (QS. An Nur : 58)

Ayat di atas memang tidak secara tegas menyebut waktu “bercinta” namun dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa para sahabat menyukai saat-saat tersebut untuk “bercinta.”

Diantara tiga waktu tersebut, mana yang terbaik? Yang paling sering dipilih adalah setelah Isya’.

MENURUT PANDANGAN SAINS

Pukul 06:00 – 08:00

Pada jam-jam ini, produksi hormon testosteron pada pria naik sehingga gairahnya juga tinggi. Namun, kadar melatonin pada wanita tinggi dan suhu tubuhnya rendah sehingga ia tidak terlalu suka “bercinta.”


Pukul 08:00 – 10:00

Pada jam-jam ini, hormon endorfin wanita mencapai level tertinggi dan membuatnya bergairah. Namun, hormon testosteron paa pria telah kembali ke normal. Jadi pada jam-jam ini, wanita siap “bercinta”, pria tidak begitu siap.


Pukul 10:00 – 14:00

Jam-jam ini adalah jam-jam sibuk dalam kehidupan modern, baik yang bekerja di luar rumah maupun wanita yang mengurusi pekerjaan rumah tangga.


Pukul 14:00 – 16:00

Jam-jam ini adalah saat terbaik sistem reproduksi wanita. Sperma yang diproduksi pria juga memiliki kualitas terbaik sekitar jam 4 sore ini. Dokter umumnya menyarankan memanfaatkan waktu ini untuk pasangan yang ingin cepat hamil. Namun bagi yang bekerja pada jam kerja normal, jam-jam ini termasuk jam-jam sibuk.


Pukul 16:00 – 20:00

Pada jam-jam ini tubuh pria maupun wanita cenderung ingin istirahat dari kesibukan dan kepenatan setelah seharian beraktifitas


Pukul 20:00 – 22:00

Pada jam-jam ini wanita sangat bergairah dan siap berhubungan. Pun, pria dalam kondisi santai. Jam-jam inilah waktu terbaik “bercinta”


Tengah malam – dini hari

Pada jam-jam ini tingkat melatonin wanita sangat rendah, dengan sensitifitas tinggi. Namun, umumnya wanita tidak bersemangat. Pria juga dalam kondisi tenang dan santai. Jadi tergantung kondisi keduanya apakah mau menyempatkan di waktu ini atau lebih memilih istirahat.


Kesimpulan

Waktu terbaik “bercinta” yang beririsan antara pandangan Islam dan sains adalah pukul 20:00 – 22:00. Ini juga termasuk waktu ba’da Isya’ menurut surat An Nur ayat 58 tersebut. Wallahu a’lam bish shawab. [Keluargacinta.com]




Thursday, January 3, 2019

HUKUM HABIS BERSETUBUH LANGSUNG TIDUR




Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata bahwa ‘Umar bin Al Khottob pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah salah seorang di antara kami boleh tidur sedangan ia dalam keadaan junub?” Beliau menjawab, “Iya, jika salah seorang di antara kalian junub, hendaklah ia berwudhu lalu tidur.” (HR. Bukhari no. 287 dan Muslim no. 306).


Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهْوَ جُنُبٌ ، غَسَلَ فَرْجَهُ ، وَتَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa jika dalam keadaan junub dan hendak tidur, beliau mencuci kemaluannya lalu berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat.” (HR. Bukhari no. 288).


‘Aisyah pernah ditanya oleh ‘Abdullah bin Abu Qois mengenai keadaan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,

كَيْفَ كَانَ يَصْنَعُ فِى الْجَنَابَةِ أَكَانَ يَغْتَسِلُ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ أَمْ يَنَامُ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ قَالَتْ كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ رُبَّمَا اغْتَسَلَ فَنَامَ وَرُبَّمَا تَوَضَّأَ فَنَامَ. قُلْتُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَعَلَ فِى الأَمْرِ سَعَةً.


“Bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika dalam keadaan junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi?” ‘Aisyah menjawab, “Semua itu pernah dilakukan oleh beliau. Kadang beliau mandi, lalu tidur. Kadang pula beliau wudhu, barulah tidur.” ‘Abdullah bin Abu Qois berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan segala urusan begitu lapang.” (HR. Muslim no. 307).


Singkatnya, keadaan orang yang junub sebelum tidur:

1- Junub lalu mandi sebelum tidur, ini lebih sempurna.

2- Junub dan wudhu terlebih dahulu sebelum tidur, ini yang disunnahkan untuk memperingan junub.

3- Junub dan tanpa wudhu, lalu tidur. Seperti ini masih dibolehkan.




Wednesday, January 2, 2019

HUKUM BERSETUBUH MELALUI ANUS MENURUT PENDAPAT ULAMA



Sampai saat ini, masih ada saja sebagian di antara kita yang memperdebatkan boleh dan tidaknya bersetubuh melalui anus ( dubur ) meskipun telah ada dalil yang tegas dan Qath’i yang menunjukan atas pengharamannya, hal ini disebabkan karena perbedaan pendapat dari segi  bahasa tentang dalil pengharamannya. Di dalam Al Qur’an disebutkan ” Nisaaukum hartsullakum fa’tu hartsakum anna syi’tum ” yang artinya istri istrimu adalah tempat dimana kamu bercocok tanam maka datangilah ia sesuai yang kamu kehendaki.Ayat ini turun untuk menyangkal anggapan dan khurafat orang orang yahudi yang meyakini bahwa anak yang lahir dari hasil persetubuhan melalui belakang akan menjadi cacat, atau dalam sebuah riwayat diriwayatkan ” Umar r.a datang kepa Rasulullah dan berkata ya Rasulallah celakalah saya, semalam haluan kapal saya berubah (bersetubuh dari belakang=faraj), tapi Rasulullah tidak menjawab hingga turunlah ayat tersebut”.Dari ayat di atas, para ulama berbeda pendapat, ada sebagian ulama yang membolehkan menyetubuhi istri melalui dubur dan sebagian yang lain mengharamkannya, hal ini disebabkan karena perbedaan pendapat dari segi bahasa mengenai kata ” Anna Syi’tum ” yang dalam bahasa arab kata ” Anna ” digunakan dalam arti kaifa (bagaimana), Min aiyna (dari mana) dan Mataa (kapan).


Pendapat pertama :


Pendapat ini dinisbatkan kepada Said bin musayib, Nafi’, Ibnu ‘Umar, Muhammad bin ka’ab, Abdul Malik bin Majisyun dan hal ini diriwatkan juga oleh Imam Malik dalam kitabnya ” Assir” namun para pengikut Malik menyangkal adanya buku tersebut, pendapat ini mengatakan  bahwa kata “Anna” yang ada di dalam ayat ini berarti “min Aina” atau dari mana saja yang kamu kehendaki baik Faraj maupun dubur sehingga mereka berkesimpulan bolehnya bersetubuh dengan istri melalui dubur dan semua tempat yang dapat mendatangkan kepuasan, dengan dalil Al Qur an Allah SWT berfirman:  mengapa kamu mendatangi jenis laki laki diantara manusia dan kamu tinggalkan apa yang dijadikan Tuhan bagi kamu dari istri istri kamu, bahkan kamu adalah kaum yang melampaui batas (Assyuara 125-126). Dalam konteks ayat ini seruan agar tidak menganggurkan istri di rumah atau bahasa kasarnya dari pada bersetubuh dengan laki laki (Luthi) mendingan pulanglah dan bersetubuh dengan istri yang telah Allah jadikan untukmu, mereka berpendapat bahwa Homo (Luthi) melalui dubur dan  jika perbuatan itu ditinggalkan kemudian disalurkan terhadap istri, boleh boleh saja selama tidak  berhubungan antara laki laki dan laki laki (Homo) sehingga mereka memperbolehkan menyetubuhi istri melalui semua tempat yang dapat mendatangkan kepuasan.



Pendapat Kedua :


Jumhur (mayoritas) ulama mengharamkan mendatangi istri melalui dubur dengan dalil, kata ” Anna ” dalam ayat ini berarti kaifa (bagaimana) yang mengatur bagaimana tata cara mendatangi istri dimana ada pembatasan pada tempat tempat tertentu meskipun caranya yang  berbeda namun tujuannya satu yaitu faraj hal ini dikuatkan oleh kata sebelumnya ” Fa’tuu ” yang dibarengi “fa” sebagai pengkhususan, kemudian kata “harts” atau ladang adalah tempat untuk  bercocok tanam, dengan kata lain Faraj (kemaluan) wanita bagaikan tanah untukbercocok tanam, Nutfah (air mani) bagaikan benih dan bibit yang siap dituai sedangkan Walad (anak)  bagaikan tanaman yang akan tumbuh dari benih tersebut dan tempat tumbuhnya benih adalah faraj bukannya dubur, mereka berlandaskan kepada hukum larangan menyetubuhi istri di saat menstruasi dengan alasan darah haid itu kotor meski melalui faraj apalagi dubur yang jelas jelas kotor yang akan mendatangkan banyak mudhorot bagi pelakunya, dan mereka juga berlandaskan dengan dalil dalil yang bersumber dari banyaknya hadits nabawi yang menunjukkan  pengharamannya, diantaranya :1.Hadits Rasulullah ” Tilka Alluthiyah Asshugra Ya’ni Ityan Al marah min Duburiha ” itu adalah bentuk dari perhomoan kecil yaitu mendatangi istri melalui duburnya, dan diriwayatkan juga dari Thawus bahwa Kaum Luth pada awalnya mendatangi istri istri mereka melalui duburnya dan kemudian berkembang karna rasa ingin mencoba dan terus mencoba sehingga timbbullah istilah Luthi.2.Hadits Rasulullah ” Man ataa Imraatan Fi Duburiha Lam Yandhurillahu Ilayhi yaumal Qiyamah ” barang siapa yang mendatangi istrinya melalui dubur maka Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat nanti, atau hadits serupa namun akhirnya beda yaitu barang siapa yang mendatangi istrinya melalui dubur maka dia telah kafir dengan nyata.Masih banyak lagi hadits Rasulullah yang menunjukan atas pengharamannya. dan apa apa yang telah ada hukumnya dalam Hadits Rasulullah itu yang harus diikuti karena sumber hukum dalam Islam bukan hanya Al Qur’an semata melainkan juga dengan Sunnah dimana fungsinya untuk menjelaskan hukum hukum yang ada di dalam Al Qur’an secara global, sedangkan “man raghiba ‘an sunnati falaysa minny ” barang siapa yang enggan akan Sunnahku ( rasulullah SAW) maka dia bukanlah dari golonganku.Apa yang menurut kita benar, belum tentu benar karena kebenaran hanyalah hak Allah dan Rasulnya yang mendapat wahyu langsung dari Allah sehingga perkataan dan perbuatannya semata mata dari Allah, sedangkan kita hanyalah manusia yang slalu berkata dan berbuat  berdasarkan hawa nafsu dan bisikan bisikan iblis. Olehnya itu janganlah bertindak susuai dengan  pendapat yang anda yakini kebenarannya sebelum ada dalil yang tegas tentang ketidak  benarannya.

Tuesday, January 1, 2019

PAHALA DAN KEUTAMAAN ISTRI SHOLEHA




KEUTAMAAN & PAHALA BAGI ISTRI SHOLEHAH

      Bila seorang suami pulang kerumah dalam keadaan gelisah dan tidak tentram, kemudian sang istri menghiburnya, maka ia akan mendapatkan setengah dari pahala jihad.


    Wanita yang hamil sampai ia melahirkan anak, maka Allah SWT. akan memberikan pahala kepadanya bagaikan pahala berpuasa di siang hari dan sholat sepanjang malam.


     Seorang wanita yang meninggal dunia pada masa 40 hari setelah ia melahirkan anak, maka ia akan mendapatkan pahala syahid.


    Jika seorang anak menangis pada malam hari dan ibunya tidak memarahinya, dan bahkan membujuknya, maka ibu itu akan mendapat pahala ibadah.

    Seorang wanita yang melahirkan akan mendapatkan pahala 70 tahun sholat sunnat dan puasa, dan setiap kesakitan yang di alaminya ketika melahirkan akan mendapat pahala haji yang mabrur.

    Seorang wanita yang tidak dapat tidur pada malam hari karena mengurus anaknya yang sakit atau demam, maka Allah Swt. akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala memerdekakan 20 orang hamba sahaya.

    Wanita yang tidak dapat tidur pada waktu malam karena menyusui anaknya, Allah SWT. akan mengampuni dosa-dosanya dan di beri pahala 12 tahun ibadah.

    Jika istri menyediakan makan dan suami memakannya, maka hal tersebut lebih baik dari mengerjakan haji/umrah.

    Junub istri karena melayani suami lebih baik dari qurban 1000 kambing.

    Tidak akan putus pahala istri yang siang malam menggembirakan suami.

    Wanita yang menjaga kehormatannya dan taat pada suami maka dapat masuk pintu syurga dari arah yang disukainya.



    Jika wanita memandang yang baik dan harmonis kepada suami hal tersebut sama dengan dzikir.



     Hamil istri adalah syahid dan khidmat dan suaminya adalah jihad.



Itulah beberapa keutamaan menjadi wanita yang solehah. Terlepas dari beberapa haditsnya hasan atau dhoif. Mudah-mudahan jadi motivasi bagi kaum hawa.


Featured Post

SEJARAH MENGAPA HARI IBU DI PERINGATI 22 DESEMBER

 MENGAPA TANGGAL 22 DESEMBER? ENGAPA TANGGAL 22 DESEMBER? jalanillahi92.com- Penetapan 22 Desember sebagai peringatan Hari Ibu mengacu...

Popular Posts